RSIAMALSEHAT.COM-SRAGEN Niat dalam ibadah menempati kedudukan yang sangat vital sehingga besar kecil nilai pahala ibadah kita pun salah satunya ditentukan oleh niat. Oleh karenanya, saat akan melaksanakan amalan shaleh hendaklah kita meniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Sebagai contohnya adalah amalan mendatangi majelis pengajian. Setiap orang bisa saja memiliki berbagai niat ketika menghadiri pengajian, namun sebaik-baik niat adalah niat mengaji karena ingin memperoleh ilmu sehingga termasuk dalam golongan hamba shaleh dan mendapatkan kedudukan mulia di sisi-Nya. Apabila kita telah mampu meluruskan niat dalam mengaji, maka kita tidak hanya menjadikan majelis pengajian sekedar sebagai rutinitas dan bentuk kewajiban namun menjadikannya sebagai kebutuhan. Mengaji merupakan salah satu wujud syukur atas nikmat kesehatan yang telah dberikan Allah SWT dengan taat beribadah kepada-Nya. Dalam pengajian Lapanan bersama Ustadz Fachrudin dari Masaran pada hari Senin, 2 April 2018 dibahas mengenai 3 Cara Mendekatkan Diri Kepada Allah Azza wa Jalla.


1. Dzikir
Dzikir adalah aktifitas ibadah untuk mengingat Allah baik di dalam hati maupun diucapkan secara lisan. Kita dianjurkan berdzikir dalam setiap keadaan.


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selalu berdzikir (mengingat) Allah pada setiap waktunya.” (HR. Muslim) [HR. Bukhari, no. 19 dan Muslim, no. 737]


Ketika hati dipenuhi oleh Allah SWT maka tidak akan ada ruang di hati kita untuk selain Allah SWT. Namun, ketika hati kita kosong dari mengingat Allah maka syetanlah yang akan masuk dan menyesakinya. Dzikir mendatangkan banyak manfaat bagi hamba yang secara konsisten mampu mengamalkannya. Manfaat utama dzikir, diantaranya: menenangkan hati dan pikiran, menjauhkan dari siksa neraka, memberikan kekuatan dan menghilangkan kesedihan, senantiasa dekat dengan Allah dan diingat oleh Allah SWT, sera dijauhkan dari bala dan marabahaya. Bacaan dzikir, diantaranya Astaghfirullah hal adzim, Allahumma antassalam waminkassalam tabarakta Ya Dzaljalali wal ikram, Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar.


2. Doa
Doa dan ikhtiar adalah dua senjata seorang muslim dalam mengarungi bahtera kehidupan. Keduanya merupakan fraksi yang menjadi utuh saat dijalankan secara beriringan. Ikhtiar merupakan wujud syukur kita kepada Allah SWT dengan mendayagunakan seluruh potensi yang telah diberikan kepada kita secara optimal untuk meraih hasil semaksimal mungkin. Sedangkan doa merupakan wujud penghambaan kita, menembus dimensi spiritual, bahwa tidak ada pertolongan dan kekuatan yang mampu merealisasikan asa dan harapan kita selain Allah Azza wa Jalla. Allah Ta’ala sangat menyukai hamba yang memperbanyak doa kepada-Nya. Begitu krusial peranan doa sampai orang yang tidak mau berdoa dikategorikan sebagai orang yang sombong.


“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al Mukmin: 60).


Doa menempati kedudukan yang mulia di sisi Allah Ta’ala, namun perlu dipahami bahwa diperlukan kepasrahan dan keikhlasan oleh seseorang yang memanjatkan doa karena jawaban doa bisa disegerakan pengabulannya dan adakalanya ditangguhkan oleh Allah SWT. Hal yang bisa kita usahakan adalah menjaga adab-adab dalam berdoa, seperti: bersungguh-sungguh dan yakin doa akan dikabulkan, menjaga kesucian: hati dari segala sifat tercela seperti (iri, sombong, dengki, riya’, tamak), makanan dan minuman yang kita konsumsi, barang-barang yang kita kenakan, memperhatikan waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa, mengangkat kedua tangan saat berdoa, menghadap kiblat, dan lain-lain.


3. Sedekah
Seperti amalan lainnya, amalan sedekah harus dilandasi dengan keikhlasan. Menurut Imam Ghazali, ikhlas bermakna shidq-u al-niyyah fi al-‘amal (niat yang benar dalam bekerja atau beribadah). Setiap amal shaleh yang dilakukan haruslah dilakukan karena Allah Ta’ala. Sampai pada titik ikhlas dalam bersedekah bukanlah perkara yang mudah. Selain niat kita yang murni karena Allah SWT, kita juga harus menjauhkan diri dari sikap riya’ (pamrih) dan syirik dalam bersedekah. Riya’ di sini adalah kita tidak boleh menunjukkan kepada orang lain bahwa kita telah bersedekah dengan maksud agar disanjung dann dianggap sebagai orang yang dermawan. Tidak pula amalan shaleh ini dilakukan karena seseorang memiliki pamrih agar hajat atau keinginannya dikabulkan oleh Allah Ta’ala atau agar orang yang telah diberi sedekah tersebut memberikan sesuatu seperti yang diinginkannya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah SWT melihat (menilai) keikhlasan hatimu.” (HR. Muslim)


Menjadi sosok mukhlasin bukanlah perkara mudah yang bisa disandang oleh semua orang. Oleh karenanya, Marilah kita senantiasa berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar dikaruniai sifat mukhlasin dalam setiap amal kebaikan yang kita kerjakan. (nevi/cs)

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive