Menjaga Kemaluan dan Menundukkan Pandangan Bersama Ustadzah Asmini Munawaroh, SHI

Dewasa ini, banyak orang tak lagi malu berperilaku, berbicara, dan berpakaian seperti yang diinginkan. Kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi sepertinya menjadi landasan orang untuk “bergaya semau gue”. Banyak orang tak lagi mengindahkan apakah perbuatan yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam ataukah bertentangan dengan norma-norma yang ada. Bahkan, banyak orang yang mengumbar hal-hal negatif yang dilakukan dengan penuh kebanggaan sehingga menimbulkan “kelaziman” di mata masyarakat. Saat ini, batas antara hal-hal yang di larang dan hal-hal yang seharusnya dijaga menjadi blur, tak terkecuali tentang akhlak menjaga rasa malu dan menjaga kehormatan diri. Oleh karenanya, sangat diperlukan pemahaman dan penekanan kembali tentang budaya menjaga rasa malu, menjaga kemaluan, dan menundukkan pandangan.

Allah Ta’ala berfirman:


"Dan, orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya, mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang sebaliknya, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al-Ma’arij [70] : 29-31)”


Mengontrol Hawa Nafsu
Hawa nafsu yang dimiliki oleh manusia sangatlah berbahaya terlebih jika orang tersebut tidak memiliki kontrol yang baik. Ibarat percikan api yang tersulut dan mampu membakar sekitarnya. Seseorang yang dikuasai oleh hawa nafsu akan cenderung panjang angan-angan akan kenikmatan duniawi. Segala cara akan dilakukan untuk meraih yang diinginkan sehingga melupakan urusan akhirat. Memerangi hawa nafsu adalah suatu perjuangan yang benar-benar berat, oleh karenanya jika manusia kurang berhati-hati tentu akan tergelincir dan kalah sehingga akan diperbudakkan oleh hawa nafsunya sendiri.


“Dunia adalah tempat yang licin nan menggelincirkan, rumah yang hina, bangunan-bangunannya akan runtuh, penghuninya akan beralih ke kuburan, perpisahan dengannya adalah sesuatu keniscayaan, kekayaan di dunia sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kemiskinan, bermegah-megahan adalah suatu kerugian, maka memohonlah perlindungan Allah swt, terimalah dengan hati yang lapang segala karunia-Nya. Jangan terpesona dengan kehidupanmu di dunia sehingga meninggalkan kehidupan Akhirat. Ketahuilah, sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna, dindingnya juga miring dan hancur, maka perbanyaklah perbuatan baik dan jangan terlalu banyak berangan-angan.” ( Imam Syafi’i )
Berdasarkan pemaparan di atas, sudah jelas bahwa kita seharusnya memperbanyak amalan-amalan shaleh yang mampu mengantarkan dan menyelamatkan kita ke surga dan menghindari perbuatan-perbuatan makruh dan haram. Segolongan manusia yang membiasakan dirinya berbuat maksiat hendaklah sadar bahwa Allah SWT akan memberikan balasan di akhirat, namun tak jarang Allah memberikan ganjaran di dunia dengan memperlihatkan hukumannya secara langsung agar orang lain yang menyaksikan mampu mengambil ibrah dari kejadian tersebut.


Kiat-Kiat Agar Manusia Selamat Dunia Akhirat
1. Menjaga Tarbiyah Terhadap Diri Sendiri
Tarbiyah memiliki peranan yang besar bagi pembentukan karakter dan terjaganya perilaku setiap individu. Esensi dari tarbiyah adalah mempelajari dan mengamalkan ajaran serta nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Kitab dan Al-Hikmah. Adanya bimbingan yang dilakukan secara konsisten akan membuat seorang individu dalam skala kecil dan masyarakat dalam skala yang lebih luas terpelihara dari kejahiliyahan dan perbuatan yang bertentangan dengan syariat Islam. Tarbiyah akan menjadikan seseorang berilmu sehingga ditinggikan derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Seseorang akan terbiasa untuk menjalankan kegiatan sehari-hari yang selaras dengan nilai-nilai Islami. Setiap individu juga akan terhindar dari godaan syetan yang menyesatkan. Hal ini akan menjadikannya selamat di dunia dan di akhirat.

2. Mengontrol Hawa Nafsu
Hawa nafsu yang secara fitrah dimiliki oleh setiap insan haruslah bisa dikendalikan. Nafsu yang mampu dijaga dengan baik akan mengantarkan kita meraih keselamatan di dunia dan akhirat. Nafsu yang mampu diarahkan ke hal-hal yang baik akan mengantarkan kita ke surga.

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Yusuf: 53)

“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (Q.S. An-Nur: 30)

Perintah untuk menundukkan pandangan memiliki banyak manfaat, seperti: menjadikan hati menjadi bersih, menjaga kesehatan ragawi dari kemungkinan tertular berbagai macam penyakit berbahaya yang disebabkan oleh perzinahan, melatih diri menjadi pribadi yang kuat dan tangguh, mendapat pahala dari Allah SWT, menghindarkan diri dari fitnah, dan menjaga diri untuk tidak terdorong melakukan hal yang lebih.

3. Menjaga Lisan dan Kemaluan
Perintah Allah Ta’ala untuk menjaga lisan dan kemaluan bukan sesuatu yang bisa ditawar. Apabila seseorang tidak mampu mengontrol keduanya bisa jadi sebab muasabab seseorang mendapat murka Allah Azza wa Jalla dan dilemparkannya ke neraka dengan adzab yang pedih.

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallalllahu alaihi wassalam pernah ditanya tentang sesuatu apakah yang terbanyak yang dapat memasukkan manusia ke dalam surga?” Beliau menjawab,”Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”. Beliau juga ditanya tentang sesuatu apakah yang terbanyak yang dapat memasukkan manusia ke dalam neraka? Beliau menjawab, “Mulut dan farji (kemaluan)”. (HR. At-Tirmidzi)

Perkataan yang tidak baik merupakan hal yang sia-sia karena tidak mendatangkan manfaat. Perkataan yang buruk, seperti: berkata bohong, berkata kasar/ kotor, bersumpah palsu, bergosip, fitnah, dll, hanya mendatangkan mudharat bagi diri sendiri dan orang lain. Seringkali perselisihan dan pertengkaran yang terjadi diantara sesama umat disebabkan oleh tergelincirnya lisan. Pada dasarnya, buah menjaga lisan adalah surga. Hal yang terlihat sepele, namun begitu berat dilakukan.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang mampu menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan) aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari)

Oleh karena begitu besar janji Allah Ta’ala bagi hamba yang mampu menjaga lisan dan kemaluan, semoga kita senantiasa menjadi insan yang bertaqwa dan mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Amin (nevi/cs)

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active